Komunitas Peduli

Komunitas Peduli

Kamis, 26 Maret 2009

Jangan Membentak Anak! [Tips yang Perlu di Baca Orang Tua]

"Bid…ayo mandi! Disuruh mandi saja kok malas amat!" bentak ibu Abid (7) seraya menyeret paksa anaknya yang sedang asyik bermain.

"Fatma…jangan dekati kompor itu! Bahaya, tahu!" Bentak ayah Fatma yang memergoki putrinya (2) sedang mengutak-atik kompor minyak.

Ketika bocah kecil itu menangis mendengar bentakan ayahnya, sang ayah malah kembali membentak, "Heh…diam!" Si kecil pun semakin ketakutan.

Membentak anak, sepertinya sudah menjadi kebiasaan sebagian orang tua. Saat melihat anak melakukan kesalahan, atau ketidakpatuhan, orang tua memang sering dibuat jengkel. Secara refleks, karena emosi, orang tua sering bermaksud 'menasihati', tapi diucapkan dengan nada tinggi. Kebiasaan ini juga lebih sering dilakukan oleh orang tua yang temperamental. Pertanyaannya, efektifkah menasihati anak dengan bentakan? Tentu tidak, sebab kalau anak terlalu sering dibentak, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang minder, tertutup, bahkan pemberontak. Ia pun bisa menjadi temperamental dan meniru kebiasaan orang tuanya, suka membentak.

Dalam Nikah edisi Juni 2006 sudah dibahas cara menasihati anak secara efektif (Menegur Perilaku, Menghargai Pelaku). Pada edisi kali ini, akan dipaparkan beberapa akibat bila anak terlalu sering menerima bentakan. Selain itu, akan dibahas pula bagaimana kiat menumbuhkan kepatuhan.

Salahkah Orang Tua?

Seringkali orang tua baru bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak. Bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan.

Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa. Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu.

Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.

Pengaruh terhadap anak

Anak-anak yang sering diberi perhatian negatif, apalagi dengan teguran keras atau bentakan, akan mudah tertekan jiwanya. Kemungkinan ia bisa berkembang menjadi anak yang:

- Minder
Bila anak selalu dicela dan dibentak, dan tak pernah menerima perhatian positif saat ia melakukan kebaikan, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau minder. Akan tertanam dalam jiwanya bahwa ia hanyalah anak yang selalu melakukan kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan atau menyenangkan orang lain. Akibatnya, ia sering ragu-ragu atau tidak percaya diri untuk melakukan atau mencoba sesuatu karena takut salah. Misalnya, ia jadi tidak pede untuk mengaji atau membaca Al-Quran, gara-gara orang tuanya selalu membentaknya bila mendengar bacaannya salah.

-Cuek/ tidak peduli
Anak yang selalu dibentak juga bisa berkembang menjadi anak yang cuek dan tidak peduli. Akibat sudah terlalu sering menerima bentakan, ia malah jadi apatis, tidak peduli. Ia pun sering mengabaikan nasihat orang tuanya. Mungkin saat dibentak atau dimarahi ia terlihat diam mendengarkan, tapi sesungguhnya kata-kata orang tuanya hanya dia anggap angin lalu. Masuk ke telinga kanan lalu keluar lewat telinga kiri.

- Tertutup
Orang tua yang temperamental dan suka membentak, tentu akan menakutkan bagi anak. Ya, anak menjadi takut pada orang tuanya sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Ia tak pernah mau berbagi cerita dengan orang tuanya. Buat apa berbagi kalau nanti ujung-ujungnya ia akan disalahkan? Dengan demikian, komunikasi antara orang tua dan anak tidak bisa berjalan lancar. Hal ini tentu berbahaya, karena bila menghadapi masalah dan hanya disimpan sendiri, jiwa anak bisa sangat tertekan.

- Pemberontak/ penentang
Anak yang bersikap menentang bisa digolongkan dalam 3 tipe. Pertama, tipe penentang aktif. Mereka menjadi anak yang keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua. Mereka marah karena merasa tidak dihargai oleh orang tua. Untuk melawan jelas tak bisa, karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia akan senang bila melihat orang tuanya jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah emosi orang tua, semakin senanglah ia. Kedua, tipe penentang dengan cara halus. Anak-anak ini jika diperintah memilih sikap diam, tapi tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak juga mau beranjak dari tempatnya bermain. Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air atau kapal-kapalan. Ketiga, tipe selalu terlambat. Anak seperti ini baru mengerjakan suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel atau membentak-bentak karena kemalasannya.. Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari tempat tidurnya bila belum dibentak atau diomeli ibunya.

- Pemarah, temperamental dan suka membentak
Anak sering meniru sikap orang tuanya. Bila orang tua suka marah atau 'main bentak' karena sebab-sebab sepele, maka anak pun bisa berbuat hal yang sama. Jangan heran bila anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku seperti itu terhadap adiknya atau teman-temannya.

Bagaimana Menumbuhkan Kepatuhan?

Setelah jelas bila bentakan tidak efektif untuk menumbuhkan kepatuhan, bahkan berpengaruh negatif bagi kepribadian anak, lalu bagaimanakah cara yang baik untuk menumbuhkan kepatuhan?

- Beri penjelasan pada anak
Jelaskan pada anak dengan bahasa yang ia mengerti, mengapa suatu hal diperintahkan dan hal lain dilarang. Jangan sekali-sekali memberi keterangan dusta dalam hal ini.

- Perintahkan sebatas kemampuannya
Perintah di luar kesanggupan dan kemampuan anak justru bisa menyebabkan krisis syaraf (neurotic) dan buruk perangai. Ada pepatah mengatakan, "Jika engkau ingin ditaati, maka perintahkanlah apa yang dapat dipenuhi." Sebaiknya perintah itu dibagi-bagi dan tuntutan pelaksanaannya pun bertahap. Untuk mengetahui sampai di mana batas kemampuan anak sesuai perkembangan usianya, diperlukan pengetahuan tersendiri. Sebaiknya orang tua memahami perkembangan anak ini.

- Tidak berdusta atau menakut-nakuti
Kadang orang tua mengatakan akan membelikan ini atau itu jika anak mematuhi perintahnya, tapi ternyata setelah anak patuh, orang tua tidak menepati janjinya. Itu berarti orang tua berdusta, dan bisa jadi anak tidak akan percaya lagi pada orang tuanya. Kedustaan seperti ini harus dihindari. Selain itu, orang tua juga sering menakut-nakuti anak dengan sesuatu yang seharusnya berguna baginya. Itu dilakukan karena ingin anaknya segera memenuhi perintah mereka. Misalnya menakut-nakuti anak dengan dokter, suntikan dan sebagainya. Ketakutan anak pada hal-hal tersebut bisa terbawa hingga ia dewasa.

- Jangan bertentangan dengan naluri anak
Gharizah atau naluri adalah kekuatan terpendam dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan beberapa pekerjaan tanpa berlatih terlebih dahulu. Janganlah orang tua melarang anak bermain, atau membongkar dan memasang sesuatu. Jangan pula melanggar kebiasaan anak kalau tidak ingin mereka menggunakan jerit tangis sebagai senjatanya. Lebih baik gharizah itu diarahkan sedemikian rupa sehingga anak bisa mengatur dirinya sendiri. Misalkan diberi perintah, "TPA nanti mulai ba'da asar lho, sekarang kan udah setengah tiga. Adik udah aja ya mainnya, dilanjutin besok aja, sekarang mandi dulu, kan udah mau adzan…". Ungkapan itu tidak melarang anak bermain, dan tidak melanggar kebiasaan mereka bermain di tengah hari. Pemberian 'masa terbatas' ini dimaksudkan agar anak bisa mengatur jadwal kegiatannya sendiri, dan akan sangat menolong untuk melatih anak disiplin waktu. Selain itu mereka merasa dianggap mampu untuk mengatur dirinya sendiri tanpa harus didikte begini dan begitu.

Sumber: MAN 3 Malang

Kisah Besarnya Cinta Ayah kepada Anaknya

Kamis, 12 Maret 2009

9 Hal yang Pantang Dilakukan Setelah Makan

Minum setelah makan, itu bagus. Tapi sembilan hal berikut ini, sebaiknya tidak Anda lakukan setelah makan;

1. MEROKOK

Merokok saja sudah merusak tubuh, apalagi jika dilakukan setelah makan. Berdasarkan penelitian, mengisap satu batang rokok setelah makan, sama saja dengan merokok sepuluh batang, sehingga kemungkinan terserang kanker jauh lebih besar.

2. MAKAN BUAH

Makan buah segera setelah makan sebaiknya dihindari, karena membuat perut dipenuhi udara alias kembung. Sebaiknya, konsumsilah buah 1-2 jam setelah makan atau satu jam sebelum makan. Ini akan membuat perut Anda kenyang dan makan tidak terlalu banyak.

3. MINUM TEH

Daun teh memiliki kandungan asam yang tinggi. Hal ini menyebabkan kandungan protein dalam makanan sulit dicerna. Selain itu, minum teh setelah makan dapat menyebabkan hambatan penyerapan zat dalam tubuh hingga 80 persen. Padahal, zat besi sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan kualitas tubuh manusia.

4. MENGENDURKAN IKAT PINGGANG

Mengendurkan ikat pinggang dapat menyebabkan usus terbelit dan terblokir.

5. MANDI

Mandi yang dilakukan setelah makan akan menaikkan aliran darah ke tangan, kaki dan badan yang menyebabkan jumlah darah sekitar perut akan terus berkurang. Hal ini akan melemahkan sistem pencernaan di dalam perut.

6. BERJALAN-JALAN

akan menyebabkan sistem pencernaan tidak mampu menyerap nutrisi dari makanan yang telah Anda makan.

7. LANGSUNG TIDUR

Jangan ikuti kantuk Anda. Tidur setelah makan membuat makanan tidak dapat dicerna secara baik. Akibatnya, usus mengalami kembung dan terjadi peradangan.

8. MINUM AIR ES

Air dingin akan membekukan makanan berminyak, terutama berlemak, yang Anda santap. Lemak itu akan terbentuk dalam usus dan akan mengakibatkan menyempitnya saluran-saluran pencernaan sehingga menimbulkan kegemukan. Gantilah dengan minum air hangat.

9. PERGI
Kebiasaan ini tidak berdampak pada kesehatan Anda, sih. Tapi berdampak pada penilaian orang kepada sopan santun anda, hehehe..

Sumber: Tentang Cewe

Rabu, 11 Maret 2009

Tutuplah Keaiban Saudaramu

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui." (24:19)

Ikhwahfillah rahimakumullah...

Allah amat murka kepada mereka yang menyebarkan keaiban di dalam masyarakat. Sehingga disebabkan mereka maka masyarakat menganggap kejahatan itu merupakan suatu yang biasa dan masyarakat merasa tidak aman daripada buah mulut orang lain. Kerana itulah Allah SWT mengharamkan mengumpat sebagaimana yang difirmankan di dalam ayat berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Suka kah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (49:12)

Keaiban kadangkala dianggap suatu yang baik untuk dikongsi di atas banyak sebab, antaranya untuk melepaskan tekanan perasaan, untuk menimbulkan rasa insaf, sebagai pelajaran bagi orang lain, untuk menjadikan diri dipandang mulia, memberi alasan dan sebagainya. Atas apa alasan pun, membocorkan keaiban merupakan suatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul. Rasulullah SAW bersabda:

"Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lain. Dia tidak menganiayanya dan tidak pula membiarkan dia teraniaya. Siapa yang menolong keperluan saudaranya maka Allah akan menolong keperluannya pula. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang Muslim, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutup keaiban seorang Muslim, maka Allah SWT akan menutup keaibannya di hari akhirat." (HR Bukhari)

Siapa yang merosakkan nama baik atau harta benda orang lain, maka minta maaflah kepadanya sekarang ini, sebelum datang hari di mana mata wang tidak laku lagi. Kalau ia mempunyai amal baik, sebahagian dari amal itu akan diambil sesuai dengan kadar aniaya yang dilakukannya. Seandainya ia tidak mempunyai amal baik maka dosa orang lain itu diambil dan ditambahkan kepada dosanya." (HR Bukhari)

"Tiada seorang yang menutupi aurat( keaiban) orang di dunia, melainkan Allah akan menutupi keaibannya di hari kiamat." (HR Muslim)

Bahkan, keaiban yang dilarang untuk diceritakan itu bukan cuma keaiban orang lain. Keaiban diri sendiri juga harus dan perlu ditutup oleh setiap orang. Rasulullah SAW bersabda:

"Semua umat ku selamat kecuali orang yang terang-terangan melakukan dosa. Dan termasuk terang-terangan itu adalah seorang yang melakukan dosa di waktu malam gelap mendadak pagi-pagi diceritakan kepada orang lain. Padahal semalam Allah telah menutupi dosanya itu tetapi setelah paginya dia membuka apa yang Allah tutup itu." (HR Bukhari dan Muslim)

Keburukan dan kelemahan seseorang yang disebar-sebarkan akan menimbulkan perpecahan dan sangka buruk di dalam masyarakat. Perasaan ukhuwwah akan hilang dan digantikan dengan perasaan benci-membenci dan saling menaruh perasaan dendam. Biasanya seseorang yang membuka keaiban diri kepada orang lain akan menggoda orang yang mendengar untuk membuka keaiban dirinya pula untuk memberi nasihat atau sekadar balasan perkongsian tadi. Kalau tidak pun orang yang mendengar akan mula berburuk sangka atau termotivasi untuk melakukan perbuatan yang sama.

Seandainya keaiban tadi adalah keaiban orang lain pula, maka itu sudah masuk ke dalam kategori mengumpat dan seperti yang Allah fimankan tadi, perbuatan itu diumpamakan sperti memakan daging saudara kita yang telah mati. Jelas perbuatan ini merupakan punca perpecahan dan perbalahan sesama muslim. Bahkan, seperti juga membuka aib sendiri, membuka keaiban orang lain juga memotivasi orang yang mendengar untuk berkongsi keaiban orang lain yang dia ketahui juga. Maka tersebar luaslah keburukan dan keaiban di dalam masyarakat sehingga terbuka luaslah pintu-pintu kehancuran, fitnah dan perpecahan di dalam masyarakat.

Setiap orang mempunyai keaiban dan tidak ada seorang pun yang terlepas dari melakukan kesalahan. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap daripada kamu adalah orang yang berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat."( HR Ahmad). Maka, selagi mana perbuatannya itu tidak dilakukan secara terang terangan maka perlakuan itu haruslah dirahsiakan dan dia tidak dihukum disebabkan dosanya itu.

Dari Umar bin Khattab ra, katanya "Manusia pada zaman Rasulullah SAW berhukum dgn dasar wahyu, dan sekarang wahyu telah tidak turun lagi, sekarang kamu kami hukum dengan menurut apa yang nyata bagi kami tentang kerja mu. Barang siapa yang nyata bagi kami baik, kami amankan dan kami benarkan. Kami tiada mengetahui sesuatu yang dirahsiakan, hanya tuhan yang menghitung yang dirahsiakannya itu. Siapa yang nyata bagi kami jahat, tidak kami amankan dan tidak kami benarkan, walaupun dia mengatakan bahawa yang dirahsiakan hatinya baik. (HR Bukhari)

Bahkan barangsiapa yang melakukan kesalahan yang sepatutnya dijatuhi hukuman hudud sekalipun ke atasnya, lalu Allah menutupi keaibannya itu, maka dia seharusnya menyembunyikan keaibannya itu lalu bersungguh-sungguh bertaubat kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang melakukan kesalahan hudud lalu disegerakan hukumannya di atas dunia, maka adalah Allah terlalu adil untuk mengenakan padanya hukuman kali kedua di akhirat. Barang siapa yang melakukan kesalahan hudud lalu kesalahannya ditutup oleh Allah SWT, sehingga dia terlepas darinya, maka Allah adalah teramat pemurah untuk menghukum orang yang telah dilepaskan dari hukuman oleh-Nya." (HR Ahmad, dia berkata hasan gharib. Al-Hakim, dia berkata sahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim)

Prof. Dr. Yusuf al-Qardhowi menulis di dalam bukunya Taubat bahawa seseorang yang melakukan dosa-dosa seperti zina, minum arak, dan sebagainya yang tidak melibatkan kezaliman terhadap orang lain, maka dia harus menyembunyikan kesalahannya itu. Tidak perlu diakui di hadapan pemerintah dan mintak untuk dihukum kerana Allah telah menutupi kesalahannya. Akan tetapi seandainya dia tetap ingin mengakui kesalahannya di hadapan pemerintah maka itu juga tidak mengapa.

Termasuklah di sini, seseorang yang menyaksikan perbuatan zina atau seumpamanya, sedangkan tidak cukup saksi. Maka seharusnya dia tidak melaporkan kejadian tersebut dan tetap merahsiakannya. Seandainya dia tetap melaporkan kejadian tersebut, maka dialah yang akan menerima hukuman 80 sebatan.

Prinsip ini jelas berbeza daripada teori kaunseling barat yang meminta orang yang di kaunseling untuk membuka seluas-luasnya seluruh cerita mengenai dirinya. Kita disuruh untuk memendam seluruh keaiban diri.

Persoalan timbul, bagaimanakah caranya untuk mencari jalan keluar dari sesuatu permasalahan seandainya masalah tidak dapat dikongsi. Jawapannya, mungkin soalan tadi dapat kita umumkan dan tidak kita kaitkan dengan mana-mana peribadi. Begitu juga dengan cara menegur, boleh menggunakan kaedah yang umum supaya keaiban pihak yang ditujukan teguran itu ditutup.

Mungkin ada yang masih berhujah, bagaimana kalau teguran secara umum tadi tidak berkesan? Perlu diingat, ada orang yang melakukan maksiat kerana dia tidak tahu, ada yang melakukannya kerana terlupa atau terlalai dan ada juga yang melakukannya disebabkan tidak tahan. Orang yang melakukan dosa disebabkan dia tidak mampu menahan godaan tadi, sedangkan dia tahu perbuatan itu merupakan dosa, dan dia cuba sedaya-upaya untuk menyembunyikan keaibannya itu, maka dosanya adalah dengan Allah SWT dan hak dia adalah keaibannya itu dilindungi seandainya secara tidak sengaja terbongkar.

Rasulullah SAW bersabda: "Demi Allah ia tidak beriman, Demi Allah ia tidak beriman, Demi Allah ia tidak beriman." Orang bertanya, "Siapakah orang itu wahai Rasulullah?" Rasul menjawab, "Orang yang tidak aman jiran tetangganya kerana kejahatannya." (HR Bukhari)

Mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalam golongan yang menyebabkan tetangga kita merasa tidak aman dari kejahatan kita. Bayangkan suasana tempat tinggal yang kita berasa tidak aman dari tersebarnya keaiban diri kita. Tentu tidak selesa bukan?

Bertapa indahnya sistem kemasyarakatan yang telah Allah SWT buat untuk kita. Dilarang menzalimi, dilarang mendedahkan keaiban diri sendiri dan orang lain, dilarang mencari-cari kesalahan, dilarang mengumpat, dianjurkan saling memberi hadiah, dianjurkan menyebarkan salam, disuruh mendoakan orang yang bersin, disuruh memberi salam dan pelbagai lagi sarana yang Allah SWT tunjukkan pada kita dalam rangka mewujudkan masyarakat saling sayang-menyayangi dan kasih-mengasihi. Rasulullah SAW bersabda:

"Tuhan menciptakan rasa kasih sayang itu seratus bahagian. Sembilan puluh sembilan dari padanya disimpan di sisi-Nya. Satu bahagian sahaja yang diturunkannya ke duna. Dengan kasih sayang itulah para makhluk saling berkasih sayang, sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terinjak." (HR Bukhari)

"Siapa yang tidak mencintai tidak akan dicintai." (HR Bukhari)

"Anda lihat orang-orang yang beriman itu dalam kasih mengasihi, saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong, seperti sebatang tubuh. Kalau ada satu anggota badan yang sakit, maka seluruh tubuh akan ikut menderita tidak dapat tidur dan kepanasan." (HR Bukhari)

Benarlah firman-Nya:

"Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (8:63)

Seandainya kita membelanjakan seluruh kekayaan yang ada di langit dan di bumi sekalipun, tak akan pernah terjadinya penyatuan hati antara dua orang sekalipun. Akan tetapi dengan berpandukan sistem yang dia turunkan dan ajaran yang Da ajarkanlah, maka lahirlah suatu kaum yang tak pernah di kenal dan tak pernah terbayang oleh manusia lantaran terlalu dalamnya kecintaan di antara sesama mereka.

Mereka ibarat satu tubuh, tidak pernah terlintas untuk menyakiti tubuh yang lain. Tidak pernah terlintas untuk membiarkan tubuh yang lain. Tidak pernah menghina dan mencaci tubuh yang lain. Tidak pernah hilang kerjasama di antara mereka. Tidak pernah diam suatu anggota melihat anggota lain terzalimi. Begitulah kuat dan kukuhnya perhubungan di antara mereka.

Sumber: Kuli Dakwah

Senin, 09 Maret 2009

Jalan Kaki Menjinakkan 9 Penyakit

Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum.

1. Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung.
Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh! itu. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang. Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain dengan bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal separuhnya.

2. Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-opoh terhadap stroke pangaruhnya belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa studi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita yang lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko mereka terserang stroke menurun duapertiga.

3. Berat badan stabil.
Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.

4. Menurunkan berat badan juga.
Ya, selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling kurang satu jam.

5. Mencegah kencing manis.
Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes and Gigesive & Kidney Diseases). Sebagaimana kita tahu bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.

6. Mencegah osteoporosis.
Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari ancaman osteoporosis. Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.

7. Meredakan encok lutut.
Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok lutut (osteoarthiris) . Dengan membiasakan diri berjalan kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi untuk memulihkan diri. Satu hal yang perlu diingat bagi pengidap encok tungkai atau kaki: jangan keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan semakin bertambahnya usia, ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan sendi kian menipis, dan cairan ruang sendi sudah susut. Kondisi sendi yang sudah seperti itu perlu dijaga dan dilindungi agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh beban bobot tubuh, terlebih pada yang gemuk. Bila bantalan (sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal berperan sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi tetap mengalami beban goncangan berat selama berjalan, apalagi bila berlari atau melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu mencetuskan serangan nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada mereka yang berisiko terkena gangguan sendi. Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa jadi lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek menentukan kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki. Kebiasaan berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki, akibat beban dan goncangan yang harus dipikul oleh sendi.

8. Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu pasien dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal tarbebas dari depresi dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun. 9. Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan kaki, setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma). Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.

Sumber: Fadli Wae

Closed Zone: Film Animasi tentang Gaza


Sumber: Mbak Maya

Minggu, 08 Maret 2009

Sajadah Masa Depan

Pernah punya pengalaman nginep di hotel atau villa terus bingung nentuin arah kiblat, untung-untung kalo ada penunjuk arah kiblat yang biasanya ada di langit-langit kamar hotel, tapi kalo ga ada gimana?

Berterima kasih-lah kepada Soner Ozenc, yang pada tanggal 19 Februari 2008 kemarin dia menciptakan sebuah sajadah yang sangat unik.

Apa yang membuat unik? ternyata Sajadah ini bisa mengeluarkan cahaya!, dan cahaya tersebut akan semakin terang apabila arah dari sajadah secara benar menghadap ke kiblat (Mekkah). Semakin benar arah kiblat, maka semakin terang sajadahnya.

Bahannya dari apa ya???

Sumber: Super Mance

Video & Transkrip: Sifat Gerakan Telunjuk Ketika Tasyahhud.

صفة تحريك الاصبع

Oleh : Syaikh al-Muhaddits Abu Ishaq al-Huwaini


TRANSKRIP:


Tahrîk al-Ishba’ (menggerakkan jari telunjuk) sebagaimana yang ditunjukkan oleh guru kami al-Albânî rahimahullâhu.

Saya pernah sholat di samping beliau pada suatu hari, lalu aku menggerakkan jari (telunjukku) seperti ini. Saya melakukannya seperti ini (yaitu menaikturunkan jari telunjuk. Lihat video pada detik 0:18-0:20, pen).

Lalu, setelah kami selesai sholat, beliau (Syaikh al-Albânî) berkata kepadaku:

هل قرأت شيئا يوفق هذه الحركة؟

“Apakah Anda pernah membaca sesuatu yang mendukung gerakan seperti ini?” Subhânallôh. Saya benar-benar terkesan dengan adab (etika) syaikh rahimahullôhu terhadapku.

Beliau tidak dengan serta merta mengkritik diriku atau perkataanku, (dengan mengatakan) “apa yang kamu lakukan?”… tidak!!! Namun beliau bertanya kepadaku, apakah saya memiliki sandaran/dasar di dalam melakukan gerakan seperti ini (yaitu naik dan turun).

Saya mengatakan, “tidak, hanya saja saya pernah membacanya di dalam buku Anda, Shifat Sholâh an-Nabî, bahwa Nabi Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam biasa menggerakkan (jari telunjuknya), maka saya pun turut menggerakkan (jari telunjukku).”

Beliau (Syaikh al-Albânî) mengatakan : “Tidak, hal ini (gerakan yang Anda lakukan) namanya bukanlah tahrîk (menggerakkan jari telunjuk) namun namanya adalah al-Khafdh war Raf’u (mengangkat dan menurunkan jari telunjuk).”

Namanya apa? Namanya adalah al-Khafdh war Raf’u. Lantas saya bertanya, “bagaimana cara saya menggerakkannya wahai guru kami?”.

Beliau menjawab “beginilah caranya”, yaitu beliau meletakkan jarinya di atas lutut dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah kiblat, seperti ini (lihat menit 1:04, pen) lalu beliau menggerakkan jari (telunjuknya) secara kuat di tempatnya (harokatan syadidatan fî makânihi).

Bukan menggerakkannya naik turun sehingga berpaling dari kiblat. Namun, (lakukanlah) seperti ini (lihat menit ke 1:11-1:14), jari telunjuk mengarah ke kiblat lalu gerakkan secara kuat seperti ini (lihat menit ke 1:14-1:17).

Beginilah sifat tahrîk (menggerakkan) jari telunjuk sebagaimana yang pernah saya lihat dari guru kami, al-Albânî rahmatullâhu ‘alaihi.

Sumber: Abu Salma

Sabtu, 07 Maret 2009

Adab Buang Hajat atau Buang Air

1. Dianjurkan Bagi Orang yang Akan Masuk WC Membaca Do'a.
"Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan."

Hal ini didasarkan pada riwayat dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Pembatas antara jin dengan aurat Bani Adam manakala seorang di antara mereka masuk ke WC, adalah agar ia mengucapkan bismillah." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no: 3611, Tirmidzi II:59 no: 603 dan ini lafadz baginya Ibnu Majah I: 109 no:297 dengan lafadz IDZA DAKHLAL KANIF (Apabila kamu masuk jamban) sebagai ganti dari IDZAA DAKHALAL KHALAM).

Dan hadits Anas r.a. yang berbunyi, "Adalah Rasulullah SAW apabila masuk ke dalam WC mengucapkan, "Allahumma inni a'uudzubika minal khubutsi wal khabaits." (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari 1:242 no:142, Muslim I:283 no.375, Aunul Ma'bud I:21 no.4, Ibnu Majah I: 109 no. 298, Tirmidzi I: 7 no. an-Nasa'i I:20).

2. Apabila Keluar dari WC dianjurkan Mengucapkan, "Ghufraanak" (Ya, Allah aku Mohon Ampunan-Mu).
Berdasarkan Hadits Aisyah r.a. yang berkata, "Adalah Nabi SAW apabila keluar dari WC mengucapkan: "Ghufraanak" (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no:4714, 'Aunul Ma'bud I:52 no: 30 Tirmidzi I;7 no: 7, dan Ibnu Majah I: 110 no: 300)

3. Dianjurkan Mendahulukan Kaki Kiri Ketika Akan Masuk WC dan Kaki Kanan Ketika Akan Keluar, Karena yang Sebelah Kanan Biasa digunakan Untuk Hal-hal yang Mulia, Sedangkan yang Kiri Biasa digunakan Untuk Urusan Yang Tidak Mulia, dan Telah Ada Sejumlah Riwayat yang Keseluruhannya Menunjukkan Kepada Pengertian ini. (Lihat as-Sailul Jarrar I:64).

4. Ketika Akan Buang Air Kecil Ataupun Air Besar di tempat Terbuka dianjurkan Menjauh Hingga Tidak Terlihat Orang.
Dari Jabir r.a. ia berkata, "Kami pernah keluar, musafir bersama Rasulullah SAW, dan beliau tidak membuang air besar sebelum beliau menjauh sampai tidak terlihat orang lain." (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 268, Ibnu Majah I:121 no: 335. 'Aunul Ma'bud I:19 no:2 dengan redaksi sedikit berbeda).

5. Dianjurkan Tidak Mengganti Pakaiannya Sebelum Hampir Mendekat ke Tanah.
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Nabi SAW apabila hendak buang hajat, tidak mengangkat pakaiannya sebelum hampir mendekat ke tanah." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no:465,2 'Aunul Ma'bud I:31 no:14, dan Tirmidzi I:11 no:14 dari hadits Anas).

6. Tidak Boleh Menghadap ke Arah Kiblat dan Tidak Pula Membelakanginya, Baik di Tempat Terbuka ataupun di Dalam Ruang Tertutup.
Dari Abu Ayyub al-Anshari r.a., dari Nabi SAW beliau, bersabda, "Apabila kamu akan buang air besar atau air kecil, maka janganlah kamu menghadap ke arah kiblat dan jangan (pula) membelakanginya, tetapi menghadaplah ke arah Timur atau ke arah Barat." (Shahih: Mukhtashar Muslim no:109 dan Shahih Abu Daud no:7)

Abu Ayyub al-Anshari ra berkata, "Kami pernah datang ke negeri Syam, lalu kami dapati banyak WC yang dibangun menghadap ke arah Kiblat, maka kami berpaling darinya seraya memohon maghfirah (ampunan) kepada Allah Ta'ala." (Kisah ini diriwayatkan Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari I:498 no:394. Muslim I:224 no:264 dan Tirmidzi I:8 no:8).

7. Haram Buang Hajat Pada Jalan Umum atau di Tempat Berteduh.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda, "Waspadalah terhadap dua hal yang menyebabkan terlaknat." Para sahabat bertanya, 'Apa dua hal yang menyebabkan terlaknat itu ya Rasulullah?' Maka jawab beliau, 'Yaitu orang yang buang bajat pada jalan umum atau di tempat berteduh.'" (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no:110, 'Aunul Ma'bud I:47 no:25 Muslim I:226 no:269).

8. Makruh Bagi Seseorang Kencing di Tempat Pemandiannya.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam Riwayat dari Humaid al-Himyani berkata: Saya pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang bersahabat karib dengan Nabi SAW sebagaimana persahabatannya Abu Hurairah dengan Beliau, Ia berkata, "Rasulullah SAW pernah mencegah seorang di antara kami menyisir (rambutnya) setiap hari, atau kencing di tempat pemandiannya," (Shahih: Shahih Nasa'i I:232, Nasa'i I: 130 dan 'Aunul Ma'bud I:50 No:28)

9. Haram kencing di air yang tidak mengalir.
Dari Jabir, Nabi bahwa Beliau SAW telah mencegah (kita) kencing di air yang tergenang. (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no:6814, Muslim I:235 no:281, Nasa'i I:34).

10. Boleh kencing berdiri, namun yang afdhal duduk.
Dari Hudhaifah r.a. bahwa (tatkala) Nabi SAW di tempat pembuangan sampah suatu kaum, beliau kencing dengan berdiri, kemudian aku hendak menghindar darinya, lalu Rasulullah bersabda (kepadaku), "Mendekatlah kesini!" Kemudian aku mendekat sampai aku berdiri di belakangnya, lalu beliau berwudhu' dan mengusap bagian khufnya." (Muslim I:228 no: 273, Tirmidzi I:11 no:13, Fathul Bari I:329 no:225 Nasa'i 1:19 'Aunul Ma'bud I:44 no:23, Ibnu Majah I:111 no:305).

Penulis berpendapat kencing dengan duduk lebih afdhal daripada berdiri karena berdasarkan cara kencingnya Nabi SAW sambil duduk hingga Aisyah r.a. menegaskan, "Barangsiapa yang menyampaikan kepada kamu sekalian bahwa Rasulullah SAW (pernah) kencing berdiri, maka janganlah kamu percaya kepadanya: Rasulullah tidak pernah kencing, kecuali dalam keadaan duduk." (Shahih: Shahih Nasa'i no:29 Nasa'i I:26, Tirmidzi I:10 no:12 dengan lafadz ILLAA QAA'IDAN "kecuali dalam keadaan duduk"),

Pernyataan Aisyah r.a. ini tidak menafikan riwayat yang melalui Huzhaifah itu, karena Ummul Mukminin menginformasikan apa yang ia lihat, sedangkan Huzhaifah menyampaikan apa yang dia lihat juga. Dan sudah kita maklumi, bahwa sebuah khabar yang menetapkan sesuatu harus diutamakan (didahulukan) daripada yang menafikan, karena yang menetapkan memiliki pengetahuan yang lebih daripada yang menafikan.

11. Wajib membersihkan diri dari kencing.
Dari Ibnu Abbas ra bahwa, Nabi SAW pernah melewati dua kuburan lalu bersabda, "Sesungguhnya, kedua penghuninya benar-benar diadzab, keduanya diadzab bukan karena dosa besar. Adapun salah satu dari keduanya (diadzab) karena tidak bersuci dari kencingnya: adapun yang kedua karena selalu berupaya mengadu domba antar manusia." (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari I: 317 no:216, Muslim 1:240 no:292, Tirmidzi I:47 no:70 'Aunul Ma'bud I:40 no:20, dan Nasa'i I:28).

12. Ketika kencing atau intinja tidak boleh memegang kemaluan dengan tangan kanan.
Dari Abu Qatadah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang di antara kamu kencing maka janganlah memegang dzakarnya dengan tangan kanannya dan jangan (pula) beristinja dengannya." (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:250, Ibnu Majah 1:113 no: 310 dengan redaksi ini, Fathul Bari I:254 no:154, Muslim I:225 no:267, 'Aunul Ma'bud I:53 no:34, Tirmidzi I:12 no:15, Nasa'i 1:25 dengan redaksi yang panjang dan juga yang singkat).

13. Boleh istinja dengan air atau batu dan yang semisal dengannya, namun yang afdhal dengan menggunakan air.
Dari Anas ra berkata, "Rasulullah SAW masuk ke WC, lalu saya dan seorang pemuda yang sepantar dengan saya membawa setimba air dan sebatang tongkat, maka Rasulullah beristinja dengan air." (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari I:252 no:152, Muslim I:227 no:271. Nasa'i I:42 namun tanpa kata, "Sebatang tongkat.")

Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila seorang di antara kamu akan pergi untuk buang hajat maka pergilah dengan membawa tiga buah baru, lalu bersucilah dengannya; karena sesungguhnya tiga buah batu itu cukup baginya." (Shahih: Shahih Nasa'i no:43 dan Nasa'i I:42 serta 'Aunul Ma'bud I:61 no:40)

14.Tidak boleh beristinja dengan batu kurang dari tiga buah.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam riwayat dari Salman al-Farisi r.a. bahwa ada orang berkata kepadanya, sungguh Nabi telah mengajarkan kamu segala sesuatu sampai masalah buang kotoran. Kemudian dia menjawab, "Betul, sungguh Beliau SAW telah mencegah kami dari menghadap kiblat ketika buang air besar atau kecil, beristinja dengan tangan kanan, beristinja dengan kurang dari tiga buah batu atau istinja dengan kotoran binatang atau tulang." (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:255, Muslim I:223 no:262, Tirmidzi I:13 no:16, 'Aunul Ma'bud I:24 no:7, Ibnu Majah I:115 no:316, dan Nasa'i I:38).

15. Tidak boleh beristinja dengan tulang atau kotoran binatang.
Dari Jabir r.a. berkata, "Nabi SAW telah melarang (kami) dari istinja dengan tulang atau kotoran binatang." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir no:6827 Muslim I:224 no:263, 'Aunul Ma'bud 1:60 no:38).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 74 -- 81.

Sumber: Al Islamu

Kamis, 05 Maret 2009

85 Tahun Umat Islam Hidup Bak Gelandangan Tanpa Rumah

Tidak banyak muslim yang tahu bahwa 85 tahun yang lalu telah terjadi sebuah peristiwa yang sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan umat Islam di seantero dunia. Persisnya pada tanggal 3 Maret 1924, Majelis Nasional Agung yang berada di Turki menyetujui tiga buah Undang-Undang yaitu:

  1. Menghapuskan kekhalifahan,
  2. Menurunkan Khalifah dan
  3. Mengasingkannya bersama-sama dengan keluarganya.

Turki pada masa itu merupakan pusat pemerintahan Khilafah Islamiyah terakhir. Kekhalifahan terakhir umat Islam biasa dikenal sebagai Kesultanan Utsmani Turki alias The Ottoman Empire, demikian penyebutannya dalam kitab-kitab sejarah Eropa. Kekhalifahan Utsmani Turki merupakan kelanjutan sejarah panjang Sistem Pemerintahan Islam di bawah Ridha dan Rahmat Allah yang berawal jauh ke belakang semenjak Nabi Muhammad pertama kali memimpin Daulah Islamiyyah (Tatanan/Negara Islam) Pertama di kota Madinah.

Secara garis besar kita dapat membagi periode sejarah kepemimpinan Islam ke dalam lima periode utama berdasarkan sebuah Hadits Shahih Nabi riwayat Imam Ahmad.

تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ ا للهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ اَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَّرِيًّا ، فَتَكُوْنَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ

“Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,” (HR Ahmad 17680).

Periode pertama adalah Kepemimpinan langsung Nabi Muhammad yang disebut sebagai masa An-Nubuwwah (Kenabian).

Periode kedua merupakan Kepemimpinan para sahabat utama yakni Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattb, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan julukan Khulafaur Rasyidin (Para khalifah yang adil, jujur, benar dan terbimbing oleh Allah SWT). Di dalam hadits tersebut periode ini dikenal sebagai periode Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Manhaj/Sistem/Metode/Cara Kenabian).

Sesudah itu, kata Nabi, pada periode ketiga umat Islam akan mengalami kepemimpinan para Mulkan ’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit). Kepemimpinan para Mulkan ’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit) merupakan periode dimana umat Islam memiliki para pemimpin yang tetap mengaku dan dijuluki sebagai para Khalifah. Mereka masih menyebut pemerintahannya sebagai Khilafah Islamiyyah (Kekhalifahan Islam), namun pola suksesi seorang khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan cara pewarisan tahta laksana sistem kerajaan turun-temurun. Periode ini bisa dikatakan merupakan periode paling lama dalam sejarah Islam, ia berlangsung sekitar tiga belas abad, semenjak Daulat Bani Umayyah, lalu Daulat Bani Abbasiyyah dan berakhir dengan Kesultanan Utsmani Turki. Itulah sebabnya mereka dijuluki oleh Nabi sebagai para Mulkan atau Raja-raja.






██ Expansion under the Prophet Mohammad, 612-632

██ Expansion during the Rightly Guided Caliphate, 635-680

██ Expansion during the Umayyad Caliphate, 661-750

Map depicting the Ottoman Empire at its greatest extent, in 1683.

Kemudian disebut sebagai Mulkan ’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit) karena betapa pun keadaannya para raja tersebut masih ”menggigit” Al-Qur’an dan As-Sunnah, dua sumber utama nilai-nilai dan hukum-hukum Islam, kendati tidak sebaik para Khulafaur Rasyidin yang ”menggenggam” Al-Qur’an dan As-Sunnah. Coba bandingkan antara orang yang mendaki bukit dengan tali, tentu yang lebih aman dan pasti ialah orang yang ”menggenggam” talinya sampai ke atas daripada orang yang ”menggigit”-nya.

Itulah sebabnya kita jumpai dalam sejarah bahwa pada periode ketiga (Para Raja/Penguasa yang Menggigit) Dunia Islam tampak mengalami degradasi dibandingkan pada periode kedua (Kekhalifahan yang mengikuti Manhaj/Sistem/Metode/Cara Kenabian). Namun demikian, sebagai sebuah sistem, maka periode ketiga masih menyaksikan berlakunya sistem Islam dalam hal pemerintahan. Masalahnya tinggal apakah person yang memimpin merupakan sosok yang adil ataukah zalim. Ada kalanya adil seperti Umar bin Abdul Aziz. Dan kalau pun Allah taqdirkan yang memimpin adalah sosok yang zalim, maka kita temukan berbagai pandangan ulama di masa itu yang melarang rakyat melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Mengapa? Sebab sebagai sebuah sistem ia masih menjunjung tinggi Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sejak tanggal 3 Maret 1924 umat Islam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara tanpa kehadiran sistem pemerintahan Islam Al-Khilafah Al-Islamiyyah. Seorang Yahudi Dunamah, Penggila Budaya Barat, Pengagum Sekularisme dan juga seorang pemabuk-pedansa bernama Mustafa Kemal memproklamir pembubaran sistem pemerintahan Islam tersebut. Suatu pemerintahan yang sesungguhnya merupakan warisan ideologis-sosial-politik-budaya umat yang bermula sejak kepemimpinan Nabi Muhammad di kota Madinah 15 abad yang lalu. Dan mulailah sejak saat itu umat Islam menjadi laksana anak-anak ayam kehilangan induk, anak-anak yatim tanpa ayah serta gelandangan tanpa rumah pelindung dari panasnya terik matahari dan dinginnnya hujan.

Sudah 85 tahun sejak peristiwa tragis tersebut berlangsung. Sedemikian jauhnya pemahaman dan pengalaman umat Islam mengenai realitas kehidupan di bawah naungan tatanan khilafah Islam sehingga banyak muslim yang menyangka bahwa sistem kehidupan dengan konsep nation-state dewasa ini merupakan sebuah sistem yang cukup memuaskan dan sudah final. Padahal kehidupan dengan sistem nation-state bagi umat Islam merupakan sebuah kehidupan darurat laksana para gelandangan yang terpaksa membangun bedeng sebagai rumah sementara karena raibnya rumah mereka yang semestinya. Mungkin karena sudah terlalu lama ”menikmati” hidup di bedeng-bedeng akhirnya mereka mulai menyesuaikan diri dan terbius untuk meyakini bahwa memang sudah semestinya mereka terima hidup tanpa pernah lagi punya rumah semestinya. Awalnya hanya terpaksa menjadi gelandangan, lama kelamaan secara sukarela meyakini dan menumbuhkan mentalitas gelandangan di dalam jiwa...!

Lalu bagaimana gerangan nasib umat Islam selanjutnya? Berdasarkan hadits Nabi riwayat Imam Ahmad tersebut ternyata Nabi menggambarkan bahwa periode keempat umat Islam bakal hidup ”tanpa khilafah”. Periode tersebut Nabi sebut sebagai periode Mulkan Jabbariyyan (Para Raja/Penguasa yang Memaksakan Kehendak).

Saudaraku, periode itulah yang sedang kita lalui dewasa ini. Suatu periode dimana umat Islam tidak saja kehilangan person khalifah yang layak memimpin dan melindungi mereka, namun lebih jauh daripada itu mereka bahkan tidak lagi dinaungi oleh sistem pemerintahan Islam bernama Khilafah Islamiyyah.

Inilah periode kepemimpinan Mulkan Jabbariyyan alias para penguasa yang memaksakan kehendak yang berarti mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Inilah periode dimana umat Islam Babak Belur..!! Inilah periode paling kelam dalam sejarah Islam. We are living in the darkest ages of the Islamic history...!!

Kondisi di periode keempat ini menggambarkan dekadensi yang Nabi sebutkan dalam haditsnya sebagai berikut:

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ

بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah hukum dan yang paling akhir adalah shalat,” (HR Ahmad 45/134).

Praktis dewasa ini segenap simpul dari ikatan Islam telah terurai seluruhnya. Sejak dari simpul hukum yang tercermin dengan runtuhnya tatanan Khilafah hingga banyaknya muslim yang dengan seenaknya meninggalkan kewajiban sholat tanpa rasa bersalah... Dewasa ini umat Islam merasakan suatu kehidupan jahiliyyah modern mirip dengan keadaan Nabi dan para sahabat pada periode pertama bagian awal yakni ketika mereka berjuang melawan kejahiliyyahan di kota Mekkah dan segenap jazirah Arab sebelum berhijrah ke Madinah.

Saudaraku, betapapun pahitnya periode keempat ini, tidak selayaknya kita berputus asa apalagi sampai menerima sepenuhnya sistem yang diberlakukan pihak musuh Islam di fase ini. Tidak selayaknya kita kehilangan harapan bahwa sesungguhnya rumah sejati kita dapat dibangun kembali. Kita hendaknya menyadari bahwa urusan kepemimpinan merupakan giliran yang Allah taqdirkan akan senantiasa berubah-ubah di dalam kehidupan dunia fana ini. Adakalanya giliran kepemimpinan diberikan kepada umat Islam adakalanya diberikan kepada kaum kuffar. Yang penting al-wala (loyalitas) kita terhadap al-haq di satu sisi dan al-bara (penentangan) kita terhadap al-batil di lain sisi harus tetap kita pelihara terus.

Sebab berdasarkan hadits periodisasi di atas kita temukan harapan dimana Nabi menyatakan bahwa periode keempat ini bukanlah periode terakhir sejarah umat Islam. Masih ada satu periode lagi yang kita akan jelang, yaitu periode kelima berjayanya kembali umat ini dengan tegaknya kembali Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Manhaj/Sistem/Metode/Cara Kenabian). Umat Islam akan menyaksikan munculnya kembali para pemimpin sekaliber Khulafaur Rasyidin di akhir zaman. Umat Islam akan memiliki kembali rumah syar’i mereka Al-Khilafah Al-Islamiyyah, insyaAllah.

Yang paling penting dewasa ini umat Islam harus memelihara kesabaran, istiqomah dan optimisme mereka akan masa depan. Dan yang lebih penting lagi ialah hendaknya mereka berjuang sebagaimana berjuangnya Nabi dan para sahabat di Mekkah sebelum adanya Daulah Islamiyah Madinah.

Mereka berjuang dengan fokus utama pada kegiatan da’wah mengajak manusia sebanyaknya kepada way of life Diin Al-Islam, tarbiyyah mengkader para muslim untuk meningkat menjadi mukmin, muttaqin bahkan mujahidin. Mereka tidak sedikitpun berkompromi dengan nilai-nilai dan sistem jahiliyyah yang mendominasi saat itu. Mereka sibuk hanya menjalankan program berdasarkan arahan dan bimbingan wahyu Allah dan supervisi Nabi Muhammad.

Saudaraku, marilah kita pastikan diri ikut dalam program menjemput datangnya periode kelima berdasarkan jalan yang dicontohkan Nabi dan para sahabatnya. Jangan hendaknya kita malah terlibat dalam program-program tawaran manusia yang sedang memimpin di babak keempat ini sambil menyangka dan meyakini bahwa itulah jalan untuk bisa mendatangkan kejayaan Islam.

Tegaknya Khilafah tidak mungkin mengandalkan negosiasi-negosiasi di meja perundingan dengan kaum kuffar yang sedang mendominasi dunia dewasa ini. Atau mengharapkan jalannya laksana melewati taman-taman bunga indah, apalagi sekedar mengandalkan "permainan kotak suara".

Saudaraku, kembalinya kejayaan Islam tentulah menuntut pengorbanan yang sangat boleh jadi mengakibatkan tetesan airmata bahkan darah karena harus menempuh jalan yang telah ditempuh Nabi dan para sahabatnya yaitu ad-Da’wah al-Islamiyyah, At-tarbiyyah Al-Harakiyyah dan Al-Jihadu fii Sabilillah.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan hamba-hambaMu yang terdaftar ke dalam pasukan jihad Imam Mahdi. Ya Allah, berilah kami salah satu dari dua kebaikan ’isy kariiman (hidup mulia di bawah naungan SyariatMu) atau mut syahiidan (mati syahid). Amin.

Sumber: Era Muslim

Rabu, 04 Maret 2009

Crouching Tiger Hidden Entrance

Saya yakin anda pasti tersenyum setelah menontonnya
:D

Minggu, 01 Maret 2009

Cara Menyikat Gigi yang Baik

Bagaimana sih cara menyikat gigi yang tepat? Apakah cara menyikat gigi saya selama ini sudah benar? Banyak pertanyaan senada yang pernah diajukan kepada saya. Setidaknya, semua jawaban dari pertanyaan itu akan coba saya jawab pada postingan saya kali ini. Setiap orang berbeda kebutuhannya, berbeda keinginannya, dan berbeda seleranya. Demikian juga dengan jenis sikat gigi dan teknik sikat gigi yang terbaik akan berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Tidak ada satu macam sikat gigi yang baik untuk setiap orang karena setiap orang berbeda kebutuhan. Demikian juga macam-macam teknik sikat gigi, tidak ada yang lebih bagus dari yang lain.

Tips sikat gigi :
  • Sekali lagi, tidak ada teknik sikat gigi yang lebih baik antara satu dengan yang lain.
  • Menggunakan satu teknik sikat gigi saja, sangat rentan akan kekurangan.
  • Teknik terbaik sangat tergantung dari kebutuhan anda, tetapi rekomendasi saya adalah kombinasi dari semua teknik sikat gigi.
  • Kombinasi maksudnya dengan cara melakukan teknik untuk semua bagian gigi.

Macam cara sikat gigi :
  • Teknik menggosok kedepan belakang secara horisontal paling sering digunakan, tetapi keseringan dengan cara ini akan mengakibatkan permukaan email anda akan terbentuk pola gerusan khas akibat gosokan tadi
  • Teknik sulkuler atau turun naik secara vertikal dianjurkan untuk penderita penyakit pada gusi
  • Teknik menggulung atau memutar (roll), merupakan salah satu teknik yang baik untuk dikombinasikan dengan 2 teknik diatas
  • Janganlah anda :
  1. Terlalu semangat menyikat gigi anda, sehingga bisa menyebabkan gusi anda melorot
  2. Terlalu sering menyikat gigi anda karena lama-kelamaan email anda akan menipis.
  3. Menggunakan sikat gigi terlalu besar sehingga tidak dapat meraih permukaan yang sempit.

Jenis sikat

Kebutuhan individu akan sikat gigi sangatlah beragam dan anjuran tipe yang digunakan harus diberikan setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti morfologi gigi-geligi, kesehatan periodontal dan keterampilan manual. Kebutuhan individu akan sikat gigi sangatlah beragam dan anjuran tipe yang digunakan harus diberikan setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti morfologi gigi-geligi, kesehatan periodontal dan keterampilan manual.

Ada 2 jenis secara umum yaitu, manual dan elektrik;

Sikat gigi listrik dianjurkan pada :
  • Orang dengan keterampilan motorik yang kurang
  • Anak kecil atau pasien cacat maupun pasien RS yang giginya perlu dibersihkan oleh orang lain.
  • Paien yang dirawat dengan alat ortodontik
  • Pasien yang lebih menyukai alat ini.
  • Yang mampu beli...hehehe
Sumber: Iqbal Sandira

Karya ALLAH di Luar Angkasa













Mendidik Anak Secara Islam

Pendahuluan

Menurut perspektif Islam, pendidikan anak ialah proses mendidik, mengasuh dan melatih rohani dan jasmani mereka berteraskan nilai-nilai baik yang bersumberkan Al-Quran, Hadis dan pendapat serta pengalaman para ulama. Ia bertujuan melahirkan " Insan Rabbani" yang beriman, bertakwa dan beramal soleh.

Falsafah pendidikan sebenarnya menekankan aspek rohani dan jasmani, sesuai dengan kejadian manusia itu sendiri yang terdiri daripada roh dan jasad. Ada beberapa tahapannya, diawali dari dalam kandungan hingga ia lahir dan menjadi dewasa.

Membentuk Dunia Kanak-kanak

Sebelum anak-anak dilahirkan, ibu bapaknya sebaiknya menyediakan tempat yang sesuai untuk membesarkan anak dengan sebaik-baiknya. Ini bermakna dunia anak setelah dilahirkan ialah rumah ibu bapak itu sendiri. Untuk mencapai kesempurnaan hidup kanak-kanak, ibu bapak perlu membentuk suasana harmoni dan bercirikan keislaman dalam kehidupan berumahtangga terlebih dahulu.

Jika pasangan suami isteri menghayati nilai-nilai keislaman dalam kehidupan rumahtangganya, akan sangat mudah mereka mendidik anak-anaknya dengan prinsip-prinsip Islam. Sebaliknya, jika pasangan suami isteri gagal menerapkan nilai-nilai Islam, sukarlah bagi mereka mentarbiyah atau mendidik anak-anaknya mengikut aturan dan budaya hidup Islam.

Karena itulah Rasulullah S.A.W mengingatkan para calon suami agar memilih calon isteri yang mempunyai kesungguhan dan penghayataan agama, bukan karena kecantikan wajahnya, keturunan atau harta semata-mata. Sabda Rasulullah SAW. : "wanita dinikahkan karena empat perkara, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama karena ia menguntungkan kamu (lebih utama)".

Ketika Anak Dalam Kandungan

Proses pendidikan mula berlaku ketika bayi masih berada dalam kandungan ibunya. Pendidikan pada peringkat ini lebih bercorak kerohanian, iaitu:

1. Bagi ibu-ibu yang mengandung digalakkan supaya memper-banyakkan bacaan Al-Quran terutama surah Yusuf, Mariam, Luqman dan At-Taubah.

2. Ibu hendaklah sentiasa berdoa kepada Allah S.W.T agar anak yang bakal dilahirkan itu nanti menjadi seorang anak yang soleh, berilmu, beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

3. Ibu bapa hendaklah mendapat rezeki daripada sumber yang halal supaya benih yang bakal dilahirkan itu nanti datang daripada darah daging yang halal.

4. Ibu hendaklah makan makanan yang berzat dan sentiasa menjaga kesihatan tubuh badannya. Kebersihan diri hendaklah diutamakan bagi menjamin kesihatan anak-anak dalam kandungan. Faktor kesihatan amat dititik beratkan oleh Islam sehingga Islam memberikan kelonggaran kepada ibu yang mengandung untuk berbuka puasa sekiranya merasakan puasa itu menjejaskan kesihatan diri dan anaknya.

5. Ketika mengandung, ibu perlulah menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang berlaku kepada dirinya. Pada waktu begini sememangnya keadaan ibu agak berbeza dari waktu - waktu biasa, terutamanya bagi ibu yang bakal melahirkan anak yang pertama. Mungkin selera makannya hilang, perasaan agak terganggu(sensitif) dan hatinya boleh berdebar-debar kerana bayi dalam kandungannya itu adalah sebahagian daripada dirinya. Ketika ini para suami hendaklah lebih memahami keadaan isteri serta memberi dorongan yang kuat kepadanya

Setelah Anak Dilahirkan

Setelah anak dilahirkan, hendaklah segera diazankan telinga kanannya dan diiqamatkan telinga kirinya.

Abu Rafi meriwayatkan sebuah hdis yang bermaksud:

" Aku melihat sendiri Rasulullah S.A.W mengazankan Hasan B. Ali pada telinganya ketika ia baru dilahirkan oleh Fatimah r.a"

(Riwayat Abu Daud dan Termizi)

Sebagai suapan yang pertama, sunat bayi disuapkan dengan manisan seperti madu dan kurma. Abu Musa Al Asyari r.a. dalam sebuah riwayat mengatakan:

"Isteriku melahirkan seorang anak. Bayi itu ku bawa kepada Rasulullah S.A.W.. Baginda menamakannya Ibrahim, kemudiannya disuap dengan buah kurma(yang telah dilumatkan) setelah itu baginda mendoakan keberkatan baginya lalu bayi itu diserahkan kembali kepadaku".

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Pada hari ketujuh kelahirannya, ibu bapa disunatkan bersedekah dengan melakukan ibadah aqiqah untuk anaknya. Seekor kambing bagi anak perempuan dan dua ekor kambing bagi anak lelaki. Rambutnya pula sunat dicukur keseluruhannya supaya kepalanya bersih, otaknya cergas dan rambut barunya tumbuh dengan subur dan sihat.

Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud:

"Setiap anak yang baru dilahirkan bergantung kepada aqiqahnya. Hendaklah diaqiqahkan dengan menyembelih kambing pada hari ke tujuh, diberi nama pada hari itu dan dicukur kepalanya".

( Riwayat Abu Daud, Termizi dan Nasa)

Bagi ibu yang menyusukan anak, ia perlu makan makanan yang halal, bersih, dan berzat. Ketika menyusukan anak, hatinya hendaklah selalu mendoakan kejayaan anaknya. Ketika hendak tidur, dodoikan (lagukan) dengan kalimah memuji Allah dan Rasulnya seperti nasyid dan sebagainya.

Apabila anak sudah mulai pandai bercakap, hendaklah membiasakannya dengan percakapan yang baik-baik seperti selawat, zikir dan lain-lain perkataan yang seumpamanya.

Peringkat Umur antara 5 hingga 7 tahun.

Pada peringkat umur antara 5-7 tahun, memerlukan teknik pendidikan yang lebih luas dan menyeluruh. Pengisian antara keperluan rohani dan jasmani perlu didedahkan serentak dan diseimbangkan. Teknik pembelajaran dan pengajaran perlu menggunakan kaedah yang sesuai kerana kanak-kanak biasanya akan belajar(mengikut) berdasarkan pemerhatian iaitu apa yang dilakukan oleh individu disekelilingnya terutama ahli keluarganya.

Menurut pandangan Islam, pada peringkat ini anak-anak wajar didedahkan dengan latihan menulis, membaca, mengira dan berbahasa. Pendidikan yang wajar didedahkan pada peringkat ini ialah bab ibadah dan akhlak. Misalnya kanak-kanak yang baru meningkat umur mumayyiz hendaklah dilatih mendirikan sembahyang. Seterusnya adab-adab yang mulia hendaklah mula diterapkan dalam bentuk latihan amali seperti:

1. Mendidik anak supaya taat dan beradab kepada kedua ibubapanya; timbulkan kesedaran kepada mereka bahawa pengorbanan ibubapa terhadapnya adalah amat besar dan mereka perlu bersyukur kerana menjadi anak yang masih mempunyai kedua ibubapa. Ini dapat mengeratkan hubungan mesra, rasa kasih sayang antara ahli keluarga.

2. Mengajar anak supaya taat dan beradab kepada guru dan orang yang lebih tua daripadanya; guru merupakan orang yang bertanggungjawab mendidik dan menyampaikan ilmu manakala orang yang lebih tua adalah orang yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan daripadanya.

3. Mengajar anak bercakap atau bergaul dengan baik; anak-anak hendaklah dilatih bercakap benar, sopan santun dan mengucapkan perkataan yaang baik-baik. Kanak-kanak biasanya begitu sensitif dengan pendengarannya, ia mudah terikut-ikut dengan apa yang didengarnya. Sebab itu jika ibubapa mahu menegur atau memarahi mereka, hendaklah menggunakan bahasa yang paling sopan bukannya dengan bahasa yang kesat, kasar dan keras.

4. Mengajar anak-anak adab bergaul dengan rakan-rakan; anak-anak harus dinasihatkan agar tidak berbangga atau meninggi diri di hadapan rakan sebayanya, jangan sekali-kali menyakiti atau mengambil hak orang lain .

5. Mengajar anak adab makan minum yang baik; sifat atau sikap yang tidak sopan seperti gelojoh ketika makan hendaklah ditegah, sebaliknya anak-anak dilatih dulu dengan adab-adab makan seperti mencuci tangan, duduk dengan sopan serta berdoa sebelum dan sesudah makan.

6. Mengajar anak adab berpakaian; pakaian yang dipilih hendaklah menutup aurat dan bukan untuk menunjuk-nunjuk kepada orang lain.

7. Mengajar adab dan bangun daripada tidur; sebaiknya hendaklah mengadap qiblat, membersihkan diri sebelum dan selepas bangun daripada tidur.

8. Mengajar anak adab masuk dan keluar tandas, anak-anak perlu diajar cara membuang air kecil/besar dan cara masuk ke dalam tandas seperti membaca doa, menutup kepala,membelakangkan qiblat dan sebagainya.

Kesimpulan

Anak-anak merupakan amanah Allah yang perlu dididik dengan sebaiknya sejak ia kecil lagi supaya apabila besar kelak menjadi anak yang soleh dan sentiasa taat kepada kedua ibubapanya. Mereka ibarat kain putih dan ibubapa lah yang berperanan mencorak dan melukiskannya dengan warna-warna menarik yang menjadi amalan dan cara hidup Islam.

Sumber: Delta Papa