Komunitas Peduli

Komunitas Peduli

Jumat, 27 Februari 2009

Soft Drink, Di Balik Kenikmatannya Ada Bencana.

Siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Kata-kata tersebut pernah menjadi iklan sebuah perusahaan minuman ringan.

Bukan ngecap, penjajahan minuman ringan memang terjadi di seluruh pelosok dunia, termasuk Indonesia. Dampak negatifnya pun muncul, yakni salah satu penyebab penyakit degeneratif.

Apa yang akan Anda lakukan jika berada dalam suasana yang sangat panas dan melelahkan?

Hampir dapat dipastikan, jawabannya adalah meneguk minuman yang segar dan dingin. Salah satu dari jenis minuman yang sangat populer untuk mengusir dahaga dan sekaligus memberi kenikmatan yang luar biasa adalah soft drinks (minuman ringan). Apabila Anda menyukainya, Anda tidak sendiri karena jutaan masyarakat dunia juga menyukainya.

Sejak penemuan minuman ringan di Amerika Serikat pada tahun 1830, konsumsinya terus meningkat secara tajam dan konstan dari tahun ke tahun. Peningkatan konsumsi ini tidak hanya berlaku di AS, tetapi juga di negara-negara lain di seluruh belahan dunia.

Pada tahun 1986, konsumsi minuman ringan per kapita per tahun di Amerika Serikat telah mencapai 28 galon dan meningkat menjadi 41 galon pada tahun 1997. Pada tahun 1997, persentase konsumen minuman ringan di Amerika Serikat adalah 74 persen dari populasi anak laki-laki dan 64 persen anak perempuan. Pada tahun-tahun belakangan ini, persentase tersebut tentu saja kian membengkak seiring dengan perubahan pola makan, khususnya di kalangan masyarakat perkotaan.

Peningkatan konsumsi minuman ringan yang stabil merupakan hal yang sangat disukai produsennya. Bisnis minuman ringan menjadi sangat marak dengan munculnya berbagai merek dan kemasan. Strategi pemasaran yang luar biasa diterapkan dalam penjualan, terutama melalui iklan yang kian gencar. Produksi minuman ringan terbukti telah menghasilkan keuntungan yang sangat besar, sehingga sering disebut sebagai emas cair (liquid gold).

Di sisi lain, peningkatan konsumsi minuman ringan di seluruh dunia telah menimbulkan kecemasan yang luar biasa di kalangan dunia kesehatan. Banyak penelitian yang telah membuktikan dampak negatif minuman ringan bagi kesehatan tubuh manusia. Edukasi gencar harus segera dilakukan kepada masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh para praktisi kesehatan di AS.

Sebenarnya apakah minuman ringan itu? Mengapa banyak sekali yang suka, sehingga jumlah konsumsinya selalu meningkat dari tahun ke tahun? Sebenarnya apa yang terkandung dalam minuman ringan? Apakah benar dampak terhadap kesehatannya demikian tidak menguntungkan?

Minuman Bersoda, Minuman ringan diartikan sebagai minuman berkarbonasi. Karbonasi merupakan proses penginjeksian gas-gas CO2 (karbon dioksida) ke dalam minuman sehingga memiliki penampakan bergelembung-gelembung yang memberi kesan segar. Gelembung-gelembung CO2 tersebut juga memberi efek kepuasan yang sangat khas apabila dikonsumsi, yaitu rasa menggigit di lidah.

Dalam bahasa sehari-hari, minuman ringan sering juga disebut sebagai minuman bersoda. Kemasan minuman bersoda umumnya kaleng atau botol, baik botol gelas maupun botol polietilen. Pemilihan kemasan didasarkan pada kemampuan dalam mencegah pelepasan CO2.

Fungsi mendasar minuman ringan tidak berbeda dengan minuman lain pada umumnya, yaitu untuk menghilangkan dahaga. Belakangan, karena harganya lebih mahal daripada air minum dalam kemasan atau minuman nonkarbonasi, terdapat anggapan bahwa mengonsumsi minuman ringan memiliki prestise tertentu. Mengonsumsi minuman ringan juga menjadi kebiasaan yang dilakukan konsumen apabila sedang bersantap di luar rumah. Manis dan Menyegarkan.

Komposisi minuman ringan umumnya sangat sederhana, yaitu terdiri dari 90 persen air dan sisanya merupakan kombinasi dan pemanis buatan, gas C02, pencita rasa, pewarna, asam fosfat, kafein, dan beberapa mineral, terutama aluminium. Hal yang paling mendasari kesukaan konsumen terhadap minuman ringan adalah rasanya yang manis dan efeknya yang menyegarkan. Rasa manis selalu memiliki makna tersembunyi, yaitu kadar gula dan kandungan energi. Dampak bahan-bahan aditif juga harus diperhatikan.

Di balik kesederhanaan komposisinya, banyak hal yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Dampak tersebut mungkin memang tidak seketika, tetapi akan dirasakan di masa mendatang apabila konsumsinya rutin dan berlebih. Minuman ringan merupakan sumber tunggal penyumbang gula terbesar dalam susunan menu masyarakat Barat. Menurut Jacobson (2003), rasa manis yang terdapat di dalam sekaleng minuman ringan setara dengan tujuh sendok teh gula pasir. Menurut survei tahun 1997, 44 persen populasi anak laki-laki di AS mengasup hampir 34 sendok teh gula setiap hari akibat konsumsi minuman ringan. Sebaliknya, 40 persen anak perempuan mengasup 24 sendok teh gula per harinya, juga karena konsumsi minuman ringan.

Bila dihitung sumbangan energinya, berarti seorang anak laki-laki mengonsumsi 2.750 kilo kalori per hari, sedangkan anak perempuan sekitar 1.850 kalori per hari hanya dari minuman ringan. Padahal, menurut USDA, konsumsi gula harian yang normal hanya memberikan energi sebesar 1.600 kilo kalori. Penyumbang Energi Seperti telah disebutkan sebelumnya, kadar gula dapat diasosiasikan dengan jumlah energi. Minuman ringan yang manis dapat menjadi penyumbang energi yang sangat besar. Menurut USDA. pada tahun 2003 sekitar 5,6 persen energi yang dikonsumsi penduduk AS berasal dari minuman ringan. Di AS, sekaleng minuman ringan menyumbang 9 persen dari kebutuhan energi harian anak laki-laki dan 8 persen kebutuhan energi harian anak perempuan. Angka tersebut melonjak 2-3 kali lipat dibandingkan survei yang dilakukan pada tahun 1978.

Kembali dikatakan dalam survei, menurut Jacobson (2003), hanya 2 persen anak AS berusia 12-19 tahun yang mengonsumsi makanan sehat dengan kandungan gizi sesuai RDA (Recommended Dietary Allowances). Lalu, berapa persen anak sehat yang terdapat di Indonesia? Sungguh fakta yang sangat mengerikan untuk dibayangkan. Dalam hasil survei dikatakan bahwa hanya sekitar 33 persen anak AS mengonsumsi makanan lengkap dalam jumlah yang disarankan RDA. Sekitar 15 persen mengonsumsi cukup buah, 10 persen cukup susu, dan sebagian besar tidak mengasup protein yang cukup sesuai RDA.

Demikian pula halnya dengan konsumsi komponen gizi mikro. Hanya 36 persen anak laki-laki dan 14 persen anak perempuan yang mengonsumsi kalsium sesuai RDA, sekitar 30 persen yang memenuhi RDA vitamin A dan hanya sekitar 20 persen yang memenuhi RDA magnesium. Fakta-fakta tersebut banyak dipacu oleh tingginya konsumsi minuman ringan. Anak-anak AS mengonsumsi minuman ringan satu setengah kali lebih banyak daripada susu. Biang Keladi Osteoporosis, Sampai Penyakit Jantung Komposisi minuman ringan telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang dampak kesehatan masyarakat di masa mendatang.

Beberapa penelitian menunjukkan, minuman ringan merupakan biang keladi dari obesitas, osteoporosis, kerusakan gigi, penyakit jantung, batu ginjal, dan berbagai penyakit lainnya.

Obesitas

Obesitas merupakan penyakit kelebihan berat badan minimal 75 persen dari berat ideal. Obesitas merupakan faktor utama penyebab meningkatnya risiko diabetes, terutama diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Kegemukan yang berlebih juga mendatangkan penyakit psikologis dan sosial yang cukup parah.


Penyebab utama obesitas adalah konsumsi makanan yang berlebihan, tanpa diimbangi aktivitas fisik dan olahraga. Konsumsi makanan yang berlebihan menyumbangkan banyak sekali energi (yang tidak berguna) ke dalam tubuh. Penyebab obesitas lainnya adalah karena keturunan (genetik). Minuman ringan yang manis menyumbang sejumlah energi yang tidak dibutuhkan tubuh. Minuman ringan bertanggung jawab terhadap kelebihan asupan energi yang dapat menyebabkan obesitas.

Sebuah penelitian menyebutkan, risiko obesitas yang dihasilkan minuman ringan lebih banyak menyerang anak-anak dan remaja, terutama lak-laki, daripada orang dewasa. Kesehatan Tulang dan Osteoporosis Kebiasaan mengonsumsi minuman ringan menyebabkan jumlah konsumsi jenis minuman lainnya menurun, seperti konsumsi air dan susu. Hal ini menyebabkan konsumen minuman ringan kurang mendapat asupan kalsium. Asupan kalsium yang rendah dapat menyebabkan dekalsifikasi tulang, tulang rapuh, dan akhirnya dapat berkembang menjadi osteoporosis. Hal ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi kaum wanita, karena apabila konsumen minuman ringan wanita memasuki masa menopause, asupan kalsium menjadi minim sekali. Kondisi ini dapat memacu terjadinya osteoporosis dalam waktu lebih cepat (Jacobson, 2003).

Namun, minuman ringan tidak selalu menyababkan osteoporosis. Terdapat berbagai faktor dan mekanisme yang melatarbelakangi terjadinya osteoporosis. Risiko osteoporosis berkebalikan dengan kekuatan massa tulang yang telah terbentuk sebelum seseorang menjadi konsumen minuman ringan. Masa pertumbuhan dan penyempurnaan tulang pada remaja perempuan adalah saat berusia sekitar 18 tahun. Saat itu massa tubuhnya telah terbentuk sekitar 92 persen. Apabila sesorang menjadi konsumen minuman ringan sejak masih anak-anak, asupan kalsiumnya akan menjadi rendah sehingga pembentukan tulangnya tidak optimal.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara tingginya jumlah konsumen minuman ringan di kalangan anak-anak dengan jumlah kasus patah tulang pada anak-anak. Sebagian besar kasus pada tulang pada anak-anak usia 3 hingga 1 tahun merupakan akibat rapuhnya massa tulang yang merupakan akibat dan rendahnya asupan kalsium dari pangan (Jacobson, 2003).

Mekanisme pemunculan osteoporosis disebabkan oleh terganggunya keseimbangan kalsium dan fosfor di dalam tubuh (rasio Ca:P). Rasio Ca:P normal dalam tubuh adalah 2:1. Dalam kondisi rasio yang ideal ini, penyerapan terhadap kalsium menjadi optimal. Penyerapan kalsium yang cukup sangat dibutuhkan dalam memelihara massa tulang pencegahan osteoporosis, menormalkan tekanan darah, dan mencegah hiperparatiroidisme.

Minuman ringan yang memiliki kadar asam fosfat tinggi menyebabkan peningkatan asupan fosfor dalam tubuh. Hal ini menyebabkan terganggunya keseimbangan rasio Ca:P yang berakibat pada terhambatnya penyerapan kalsium yang berdampak terhadap penurunan massa tulang dan akhirnya osteoporosis.

Kafein yang terkandung dalam minuman ringan dapat memacu pembuangan kalsium melalui urin. Hal ini pulalah makin mendukung rendahnya asupan kalsium pada konsumen minuman ringan (Jacobson, 2003; Field, 2003).

Kerusakan Gigi

Gula pasir yang telah dimurnikan memegang banyak peran dalam menyebabkan kerusakan gigi. Konsumen minuman ringan selalu mengekspos gigi mereka dengan gula yang berasal dari minuman ringan sepanjang hari.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1974, menemukan korelasi positif antara frekuensi konsumsi minuman ringan dengan tingkat keparahan kerusakan gigi, terutama pada anak-anak. Penemuan ini cukup mencengangkan karena para peneliti juga telah memperhitungkan konsumsi makanan manis lainnya, tetapi tetap menemukan bahwa minuman ringanlah yang paling banyak berkontribusi dalam menyebabkan kerusakan gigi (Jacobson, 2003).

Penelitian tersebut ternyata masih berdampak pada anak-anak pada masa tahun 1990-an. Anak-anak yang disurvei pada tahun 1974 telah menjadi orangtua pada masa tahun 1990-an. Meskipun pada masa ini telah terdapat pasta gigi berfuoride atau air mineral yang mengandung fluoride, ternyata edukasi mengenal pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mencegah kerusakan gigi pada anak-anak masih sangat kurang. Hal ini diduga karena orangtua memang kurang menyadari penyebab utama dari kerusakan gigi mereka pada masa anak-anak dahulu.

The Canadian Soft Drink Association telah menerbitkan serangkaian rekomendasi dalam upaya menjaga kesehatan gigi. Beberapa di antaranya adalah membatasi konsumsi makanan manis atau makanan ringan di sela-sela waktu makan besar dan jangan membiarkan makanan manis terlalu lama berada di dalam mulut.

Penyakit Jantung

Penyakit jantung banyak menduduki peringkat pertama dalam urutan penyebab kematian di banyak negara di dunia. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya adalah konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh, merokok, dan gaya hidup santai dengan aktivitas fisik yang minimal.

Penyebab lainnya yang berisiko sangat besar pada orang dewasa adalah konsumsi gula berlebih. Pola makan tinggi gula dapat menyebabkan penyakit jantung pada penderita insulin resisten. Golongan ini memiliki populasi seperempat dari jumlah orang dewasa di AS. Para penderita insulin resisten memiliki kadar trigliserida darah yang tinggi dan kadar HDL yang rendah. Apabila konsumsi makanan berkarbohidrat tinggi, kadar trigliserida dan kadar insulin darah mereka akan meningkat. Gula hasil penguraian karbohidrat akan dengan segera meningkatkan kadar trigliserida darah. Tingginya kadar trigliserida darah kemudian diasosiasikan dengan tingginya risiko terserang penyakit jantung.

Batu Ginjal

Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang paling umum terjadi dalam saluran kemih dan merupakan salah satu dan sekelompok penyakit dengan rasa nyeri terbesar.
Batu ginjal merupakan kondisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal. Kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat, maupun kalsium sitrat.

Sekitar 10 persen dari penduduk AS pernah memiliki batu ginjal. Penelitian menemukan bahwa risiko munculnya batu ginjal sejalan dengan kandungan asam fosfat dalam minuman ringan (Jacobson, 2003). Mekanisme pemunculan batu ginjal sangat sejalan dengan mekanisme pemunculan osteoporosis. Gangguan keseimbangan rasio Ca:P menyebabkan penyerapan kalsium menjadi terhambat dan menyebabkan kalsium menjadi tidak larut. Akibatnya, kalsium mengendap di ginjal dalam bentuk kristal kompleks. Endapan kristal inilah yang lama-kelamaan membesar dan menjelma menjadi batu ginjal.

Sumber: Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar